Self-Esteem Terhadap Self-Objectification
Tidak ada lagi self-objectification yang membuat rendahnya self-esteem perempuan!
Apa itu self-esteem dan self-objectification?
Kamu harus tau!
Pernah gak sih kalian merasa enggak percaya diri, cuma gara-gara ngerasa “nggak cukup kurus”, “nggak cantik”, atau “nggak se-perfect itu buat dilihat orang”?
Nah, itu salah satu bentuk self-objectification.
Self-objectification adalah kondisi ketika seseorang melihat dan menilai dirinya sendiri terutama dari sisi penampilan fisik, seolah-olah dirinya adalah sebuah “objek” yang dilihat oleh orang lain.
Padahal, diri kita itu jauh lebih dari sekadar apa yang kelihatan di mata orang lain. Kita punya pikiran, perasaan, dan potensi yang keren banget! 🌟
Sedangkan, self-esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, atau seberapa besar ia merasa dirinya berharga, layak, dan mampu. Nah, menurut studi, self-objectification akan masuk di puncaknya ketika perempuan memasuki masa remaja. Self-objectification sendiri berhubungan dengan self-esteem. Self-esteem pada perempuan, biasanya memiliki nilai yang jauh lebih rendah dibanding laki-laki. Lalu, dampaknya apa saja?
Kisah animasi dibawah ini menggambarkan seorang gadis yang dikelilingi cermin dan terlalu fokus pada kekurangannya. Namun, seiring cerita berkembang, ia belajar menerima dirinya dan memperkuat rasa percaya diri. Cocok untuk menggambarkan bagaimana self-objectification bisa diatasi dan meningkatkan self-esteem.
Dampak self-objectification terhadap self-esteem
Kita harus tau apa saja dampaknya!
1. Depresi
Salah satu dampak dari self-objectification terhadap self-esteem adalag depresi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, depresi adalah keadaan murung, sedih, atau merana yang disebabkan oleh beberapa faktor.
2. Kecemasan
Dampak dari self-objectification terhadap self-esteem juga kecemasan, atau yang biasa disebut anxiety. Kecemasan sendri berarti perasaan tidak tentram hati karna khawatir atau takut. Kecemasan ini juga akan berdampak pada kehidupan sosial.
3. Ide bunuh diri
Dampak yang paling besar adalah munculnya ide seseorang untuk bunuh diri. Orang yang memiliki ide tersebut, berarti orang yang memiliki nilai self-esteem yang rendah, yang akhirnya dia merasa dia tidak layak lagi untuk melanjutkan hidup.
Cara mengatasi self-objectification
Ada berbagai cara untuk mengatasi masalah self-objectification pada diri kamu! Sebisa mungkin kamu harus bisa mengendalikan diri kamu agar tidak terpengaruh oleh faktor eksternal yang membuat self-esteem kamu semakin rendah. Nah, ada beberapa cara untuk mengatasi masalah self-objectification pada diri kamu, yaitu :
1. Kenali diri sendiri
Kamu harus bisa mengenali siapa diri kamu, dan apa yang menjadi tujuan kamu bertahan hingga saat ini. Kamu harus menyadari bahwa selama ini apa yang sudah Tuhan takdirkan tentangmu adalah hal terbaik, dan kamu wajib mensyukurinya.
2. Bangun self-esteem dari dalam
Kamu harus fokus pada kekuatan, kemampuan, dan prestasi yang kamu miliki saat ini, bukan hanya dari sudut pandang fisik. Kamu dapat menuliskan hal-hal positif tentang diri kamu yang tidak ada kaitannya dengan penampilan.
3. Batasi perbandingan sosial
Kamu harus mengingat bahwa media sosial sering kali menampilkan versi “terbaik” orang lain. Jika perlu, kamu dapat mengurangi waktu bermain media sosial atau tidak membandingkan dirimu dengan orang lain yang hanya memicu perasaan tidak puas dengan tubuhmu sendiri.
4. Ubah pola pikir tentang tubuh
Alihkan fokus dari “bagaimana tubuhku terlihat di mata orang lain” ke “apa yang bisa tubuhku lakukan”. Kamu harus bisa menerima tubuh apa adanya tanpa harus selalu mencintai dan bertanya-tanya tentang penampilan.
5. Cari dukungan sosial positif
Kelilingi diri dengan orang yang menghargaimu karena kepribadian, kebaikan, dan kemampuanmu, bukan hanya fisik. Jika perlu, kamu dapat mendiskusikan dengan konselor, psikolog, atau komunitas yang peduli kesehatan mental.
6. Edukasi diri
Pelajari tentang dalam mengenai self-0bjectification dan standar kecantikan agar lebih kritis terhadap tekanan sosial dan budaya. Ingat bahwa definisi cantik itu beragam, dan bukan hanya dari satu standar saja.